Stigma dan Diskriminasi Orang Dengan HIV/AIDS Antara Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan Di Sulawesi Selatan
DOI:
https://doi.org/10.31943/afiasi.v5i3.129Keywords:
Stigma, Diskriminasi, HIV/AIDS, Perkotaan, PedesaanAbstract
HIV/AIDS merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia baik ditinjau dari segi kesehatan, politik, maupun sosial ekonomi. Di Indonesia, jumlahnya terus meningkat sehingga menjadi tantangan berat untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) hingga tahun 2030. Sulawesi Selatan menempati urutan keempat dalam hal jumlah kasus AIDS terbanyak baik di pedesaan maupun perkotaan.Berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS telah dilakukan, namun permasalahan stigma dan diskriminasi seringkali menjadi hambatan dalam upaya menurunkan prevalensi HIV/AIDS.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017 tentang HIV/AIDS. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Oktober 2019. Data dianalisis dengan uji statistik univariat dan uji statistik lanjut dengan menggunakan Uji Independent Samples Test dengan derajat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian ditemukan bahwa ada perbedaan signifikan pengetahuan tentang HIV/AIDS (p–value = 0.003) , sumber informasi (p– value = 0.001) dan stigma atau diskriminasi terhadap orang dengan HIVAIDS (p-value = 0.000) antara masyarakat perkotaan dan pedesaan di Sulawesi Selatan. Sedangkan sikap negosiasi berhubungan seksual yang aman dengan suami tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap masyarakat perkotaan dan pedesaan di Sulawesi Selatan dengan niai p-value = 0.699.
Diharapkan kepada semua intansi baik pemerintah maupun swasta agar dapat berperan aktif dalam pemecahan masalah HIV/AIDS secara komprehensif. Selain itu pada masyarakat pedesaan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh adat dan pemuka agama sangat besar pengaruhnya dalam menurunkan terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA karena tokoh-tokoh lokal tersebut merupakan model atau contoh yang biasanya menjadi panutan masyarakat.